Jumat, 01 Agustus 2008

Ketika Mimpi Membawaku ke Jakarta

September 2007
Hari-hari aku lalui dengan penuh kegelisahan, penuh ketakutan, penuh pengharapan. berharap sosok yang aku cintai akan meminangku segera untuk bisa melepaskan aku dari ketakutan hari esok, gelisah karena sebentar lagi aku tidak bekerja lagi diperusahaan yang aku cintai ini. Satu bulan lagi periode kontrak kerjaku akan berakhir dan butuh proses dulu untuk bisa jadi permanent employee, keputusan yang bisa aku ambil saat ini adalah memilih melanjutkan kuliahku di program Magister rasanya tabunganku selama tiga tahun bekerja diperusahaanku sekarang sudah cukup untuk membiayai kuliahku. Bersyukur sekali bekerja diperusahaan ini selain bisa membantu meringankan beban orang tua aku juga masih bisa menabung.
Oh my God! Aku benar-benar butuh seseorang saat ini yang bisa menjadi sandaran bagiku. Semakin hari ketakutan itu semakin dalam merasuk jiwaku. Takut dunia akan berkata apa kalo nantinya aku tidak bekerja lagi, bukankah selama ini aku adalah icon positif dalam lingkunganku utamanya keluarga, gak terbayang apa reaksi mama kalo anaknya yang selama ini dibangga-banggakan tiba-tiba harus berdiam dirumah tanpa kegiatan apa-apa?

Hari ini adalah hari terakhirku bekerja di perusahaan yang selalu kupuja-puja dan aku banggakan, berat kaki ini melangkah pergi meninggalkan perusahaan yang telah memberikan banyak hal yang berharga bagiku, materi, pengalaman, cinta dan kebersamaanku dengan teman-teman yang sangat aku cintai sulit aku tinggalkan begitu saja. Hari yang mendebar-debarkan, hari yang membuat hidupku selama ini dihantui kecemasan datang juga.
Aku benar-benar merasa sendiri, aku merasa tak seorang pun yang berempati terhadapku, Aku benar-benar TERPURUK!

November 2007
Sudah sebulan lamanya aku menjalani hari-hariku tanpa bekerja, sesekali teman-temanku Pak Mumin, Ceceng Menelponku, berbagi cerita dan menghibur hati ini dengan leluconnya, tak kalah sahabatku Darma, Ira dan Yulia sesekali mengajakku jalan dan memberikan semangat agar aku selalu optimist menjalani hariku, tersirat dari nadanya mereka prihatin dan kasihan terhadapku. Satu hal “Bersyukur aku masih punya mereka.
Dan saat ini dalam kesendirianku seorang sosok hadir mengisi hariku, Andi yang dikenalkan Adikku lewat ponakannya datang menjelma seperti malaikat, tiba-tiba hadir saat jiwaku sedang rapuh dan butuh pegangan hidup.

Ka’. Andi ini om nya temenku, dia Consultant sukses di Jakarta, sekarang ini dia gak cari pacar tapi niatnya jika ketemu orang yang cocok pengen Ta’aruf ajah dan langsung menikah, menurut temenku sih om nya ini sangat baik, selain sudah mapan dia juga sholeh dan perhatian kekeluarga, kata Adikku memperkenalkan saat itu.

Sesaat aku tertegun, kenapa tidak aku coba saja menjalaninya? Bisik batinku,
Mungkin saja ini Malaikat yang kirimkan Tuhan kepadaku! Harapku waktu itu.
Dugaanku tidak keliru ternyata, Andi benar-benar datang dengan menawarkan segudang janji manis, tentang harapannya memiliki aku, tentang konsep hidup yang diinginkan, tentang cinta dan mimpinya. Oh Tuhan! bukankah ini yang kuinginkan dari dulu? Tapi ada sesuatu yang aneh dalam diriku entah kenapa hati ini berkata lain, tapi disisi lain aku juga butuh seseorang yang bisa menarik aku dari kerapuhanku, akhirnya kupaksakan diri untuk bisa menerimanya, dibenak aku Cuma satu “demi masa depanku.

Seperti biasa menjelang tidur Andi menelponku dan bercerita panjang tentang dirinya, tentang kerjaannya, tentang tempat tinggalnya di sebuah Aprtemen mewah dibilangan kota Jakarta, Tentang mobil mewahnya dan tentang hari-harinya di Jakarta yang dipenuhi kebisingan, macet dan hiruk pikuk kota metropolitan, aku mendengarkan dan hanya bisa membayangkan maklum hubungan kita dijalani dengan jarak jauh. dari ceritanya terkadang sangat menggelitik hati ada kesan pamer yang selalu ditonjolkan membuat aku semakin sulit untuk menerimanya. tapi ada sisi lain juga yang membuatku salut dan bertahan ingin mencoba yaitu kepeduliannya terhadap keluarga utamanya ibunya, “no body perfect” bisik hatiku.
Sudah tiga minggu kita berhubungan lewat telpon, akhirnya Andi memutuskan terbang dari Jakarta untuk membuktikan keseriusannya,

“Aku berniat untuk serius dengan anak ibu’ Insya Allah selepas dari Haji saya akan menikahi dia pintanya ke Orang tuaku.
Semua keputusan ada ditangan dia, dia sudah dewasa, apa yang menurut dia baik adalah baik juga buat kita, kami sebagai orang tua hanya bisa berdo’untuk kebaikannya. Jawab orang tuaku dengan penuh bijaksana..

Aku berpikir mungkin ini jalan Tuhan yang direncanakan kepadaku. Tapi sekali lagi hati ini kok masih belum klik juga? Aku meyakinkan diriku sendiri mungkin karena masih baru, setidaknya saat ini aku sudah punya sandaran.

Januari 2008
Hari ini sudah memasuki bulan ketiga menjalani hari dengan status pengangguran. Hmm.... Sebuah status yang pastinya akan ditakuti oleh semua orang. Tiba-tiba aku berpikir kenapa aku tidak melanjutkan kuliah ajah di Jakarta? Disana kwalitas pendidikan pastinya jauh lebih bagus, lagipula di Jakarta peluang kerja juga pasti lebih terbuka lebar jadi niatku untuk kuliah sambil bekerja bisa terlaksana tentunya. Dan tak kalah pentingnya disana kan ada Andi, paling tidak aku juga bisa tau banyak tentang dia. Kuputuskan untuk menelponnya, dan menyampaikan maksud dan rencanaku.

Sorry say’ kayaknya sekarang ini aku masih belum siap kamu kunjungin, kerjaanku banyak banget, minggu depan aku harus road show ke daerah Sumatera, gimana kalo 2 bulan lagi? Andi menolak rencanaku, dan lagi lagi aku dalam kebimbangan.
Kuputuskan untuk tetap nekad, aku beranikan diri ke Jakarta dengan modal mimpi dan keyakinan, Masa Depan cerah menanti aku di Jakarta” pekik batinku.
Hari ini aku ke Jakarta di temani oleh Ibuku, sayang sekali Andi tidak menjemput kami karna harus perjalanan dinas ke Palu selama dua hari, kita memutuskan untuk langsung kerumah nenek dan menceritakan perihal maksud kedatangan kami ke Jakarta, nenek sangat mendukung dan menawarkan ke saya untuk sementara tinggal di tempatnya dulu.

Udara sangat panas, hiruk pikuk suara lalu lintas terdengar hingga ke Flat nenekku membuatku tidak nyaman untuk berada dirumah, nenekku tinggal di sebuah flat dibilangan daerah Thamrin persis berada ditengah - tengah kota Jakarta, dari dulu dia hidup sendiri, suaminya sudah meninggal dunia dan tidak memiliki anak, walaupun rumahnya sangat kecil tapi enaknya dekat kemana-mana untuk ukuran kota besar seperti Jakarta. Udara panas membuat tenggorokanku rasanya kering, siang-siang begini sepertinya enak makan es campur. Iya benar es campur sangat menggugah selera saat ini!

Sambil menunggu es campurku dianterin si Abang langganan nenek, aku duduk diberanda depan memperhatikan seorang nenek yang asyik bermain bersama cucunya, terlihat sungguh bahagia menghabiskan masa tuanya dengan cucu-cucu nya, dibelakang nenek itu persis didepan tangga menuju lantai tiga seorang ibu sedang bercengkrama dengan laki-laki tua yang ternyata Ketua RT setempat usia ibu itu kira kira 35 tahun, kata nenek, Ibu itu warga baru di flat ini, dia tinggalnya sendiri, suaminya seorang pelaut jadi hampir gak pernah ada dirumah, yang membuatku penasaran ibu itu sangat mirip dengan Ayu temanku yang tinggal di Jakarta juga, tiba-tiba aku teringat dia, sudah lama sekali kita putus komunikasi , segera kuambil hape ku mengabari kedia kalo aku sedang di Jakarta, Ayu sangat senang mendengarnya dan minta untuk bertemu.

Jam 3.30 sore kita ketemu di sarinah janji Ayu padaku, saat bertemu kuceritakan keinginanku untuk kuliah dan juga mencari pekerjaan, Ayu bersedia membantuku mencari pekerjaan lewat Job Hunter. dulu kita sama-sama bekerja di perusahaan yang sama dan juga posisi yang sama sebagai sekretaris, hanya saja aku di Area Papua, Sulawesi dan Kalimantan sedangkan dia di Kantor Pusat Jakarta, tapi dia lebih beruntung tidak membutuhkan proses yang lama hingga bisa diangkat jadi permanent employee dan penempatan tetap di Jakarta. Kutepis semua perasaan-perasaan yang mengganggu pikiranku, semua kejadian pasti sarat hikmah, tidak ada yang bisa merubah keadaanku selain diriku sendiri.

Sepulang bertemu Ayu, sebuah harapan mulai muncul dalam sanubariku, aku harus dapat! Setelah itu kulanjutkan perjalananku ke Salemba kampus Universita Indonesia, sebuah perguruan tinggi yang paling bergengsi di Indonesia. Memasuki halaman UI tiba-tiba semangatku langsung berkobar, tekadku untuk tinggal di Jakarta semakin tinggi, mimpiku untuk kuliah dan bekerja semakin jelas menguasai pikiranku. Betapa bangga orang tuaku jika predikat Master Magister nanti telah aku sandang.Setelah mendapatkan informasi dari receptionist cara pendaftaran bagi calon siswa baru program S2 aku beranjak pergi.
Tanpa menunda waktu aku langsung ke warnet untuk registrasi online program pasca sarjana ke website UI dan mengirimkan CV ku ke beberapa Job Hunter yang telah di rekomendasikan oleh Ayu padaku.. Aku mengirimkan cv ke empat alamat sekaligus. Setelah semuanya beres aku pulang dengan harapan dan mimpi yang terus meluap.

Keesokannya adalah hari yang aku nanti-nantikan bersama ibuku, hari ini Andi janji akan mendatangi kami ke tempat nenek di kawasan Rumah Susun Kebon Kacang Jakarta, harapan aku Andi pasti akan menawarkan kami untuk jalan dan bersilaturahmi ke Apartemennya.

Ternyata benar, hari itu dia benar-benar datang dan mengajak kami jalan mutar-mutar kota Jakarta dengan taksi, sayang sekali mobilnya masih dibengkel kata dia dan sayang sekali kita juga tidak sempat ke Apartemenyya karena sudah larut malam dan juga Andi masih letih dari perjalanan dinas.

Sudah lima hari kami di Jakarta, dan selama itu Andi tiap hari mengunjungi kami dengan motor, sayang sekali spare part mobil BMW nya banyak yang diganti jadi butuh waktu lama untuk selesai kata dia lagi. Ibuku mulai gelisah kok Andi belum juga melontarkan tawaran untuk mengajak kita ke Apartemennya yang sering disebut-sebut itu.

Karena tekanan Ibuku akhirnya aku mulai perpikir untuk bersikap tegas ke Andi,

Jam 04.30 Suara adzan subuh berkumandang memekik lelapnya tidurku, aku terbangun dan kebelakang mengambil wudhu untuk sholat subuh, selepas sholat jam 05.15 aku mencoba menelpon Andi, kali ini tidak di Hand phone nya tapi di Apartemennya, ku pencet nomor telephone apartemennya terdengar Andi menjawab dari sana dengan suara yang berat. Kenapa na’? tanya dia.

Andi aku pikir ga perlu nunggu dua hari lagi ketempatmu, aku mau pagi ini saja!
Alamatnya sms ke aku aja biar aku dan ibu yang langsung kesana.
Tapi sekarang ini aku lagi tidak di Apartemen na’? aku lagi di kemayoran di kosan ponakanku. Jawab dia lagi

Aku spontan terhenyak, jantungku berdegup kencang, nafasku bergemuruh mengalahkan ombak, aku kaget luar biasa! tapi kucoba untuk tetap tenang.
Bagaimana tidak? Baru saja aku memencet nomor telephone yang selama ini diakuinya Nomor telephone Apartement.

"Ini nomor telephone Apartemenku say!. Kalo Hape ku gak aktif telpon nya ke sini aja ya sayang? Aku Membayangkan ucapan dia waktu itu.
Aku istighfar dalam hati dan berusaha untuk tetap tenang, hati – hati aku bertanya kedia,
Kok tiba-tiba kamu ada ditempat ponakan?
Apartementku lagi dihuni kakak iparku yang dari Papua, aku gak enak say’ kalo tidur disana soalnya dia dengan rombongan teman-temannya 5 orang dari Monokwari.
Tapi nomor yang aku telepone kamu ini adalah nomor Apartemenmu yang selama ini kamu akui Andi? Kamu mau menipu aku ya? teriakku keras sambil menangis, membangunkan ibu dan nenekku dari tidur lelapnya.

Tanganku gemetar memegang Handphoneku, rasanya saat itu juga aku ingin mencekik dia.
Andi baru sadar dengan apa yang telah terjadi, dia lupa kalo nomor yang aku hubungi itu adalah nomor tempat tinggalnya, dia lupa kalo dulu dia pernah bohong memberikan nomor telpon tempat tinggalnya yang diakuinya Apartement. Dengan gagap dia meminta maaf dan menjelaskan.

“ Aku minta maaf, aku benar-benar mencintai kamu, aku ingin kamu jadi milikku, aku pikir aku bisa mengatasai semua ini tapi ternyata diluar dugaanku!
Aku gak tinggal di Aprtement ’ aku tinggal di rumah susun Kemayoran, aku juga tidak punya mobil say’ tapi aku janji kalo kamu masih mau memberi aku kesempatan dua bulan lagi aku akan beli.
Cukup! Brengsek! Aku muak mendengarkan kamu Andi! Ujarku terbata-bata, aku gak pernah nuntut kamu harus punya apa selama ini, aku tidak pernah berniat mencari pasangan hidup yang harus memiliki segalanya! kamu sendiri yang memperkenalkan jati diri kamu dengan sejuta atribut kemewahan yang kamu miliki, ternyata kamu ngomong sambil berkhayal selama ini! Gak tau malu!
Aku yakin bukan ini saja kebohongan kamu pasti masih ada yang lain yang belum terungkap!

Ternyata benar, kebohongan Andi tidak hanya sampai disitu, lebih kejam lagi ternyata dia pernah menikah dan memiliki 2 anak.
Pilu yang aku rasakan saat itu benar-benar menghujam hatiku, Ya Tuhan ujian apa lagi ini yang kau berikan? Rintihku dalam hati.............
Hape aku matikan, Aku tidak kuat lagi mendengarkan omong kosongnya. Aku benar-benar hancur, aku benar-benar malu.
Nenekku berusaha menenangkan aku.

Pagi Jam 10 aku menelpon sahabatku Darma, kuceritakan semua yang telah terjadi sambil menangis, dia memberikan solusi untuk pulang ke Makassar dulu, akau tidak berpikir panjang kuiyakan saja saran dia.
Tiketnya biar aku kirim dan bayar dari sini’ dia menawarkan dengan tulus..
Nanti kamu tinggal ambil di Airport. Sekarang ini tenangkan diri kamu dulu.
Begitupun dengan Yulia saat aku kabari dengan apa yang telah terjadi dia hanya memberikan aku semangat.

” Sayang kamu cantik, kamu pinter, kamu baik. percayalah masih banyak laki-laki yang jauh lebih baik darinya. Ada banyak potensi yang ada dalam diri kamu.. tinggal tunggu waktu untuk akan membuktikan.
Aku mulai tenang, kukemas barang-barangku, Darma mengabariku jam 18.00 pesawatku boarding.

sepuluh menit kemudian Hapeku berdering, dari kode area Jakarta, kuurungkan niatku untuk menjawabnya, dugaanku ini pasti Andi. Semenit kemudian berdering lagi aku jadi teringat dengan lamaran yang sudah aku kirim 1 minggu yang lalu, akhirnya aku ber positif thinking dan menjawabnya.
Allah benar-benar tidak akan memberikan beban kepada hambanya diluar kemampuannya” diluar harapanku lamaran yang aku kirim melalui email kemarin direspon oleh salah satu Job Hunter dan meminta agar aku datang ke kantornya test interview siang ini juga, sebuah perusahaan holding company membutuhkan tenaga ahli ”Personal Communication”. Aku tidak berpikir panjang, dengan penampilan seadanya aku menuju kantor tersebut dan Alhamdulillah proses interview berjalan lancar.

Dalam perjalanan pulang menuju bandar udara cengkareng perasaanku bercampur jadi satu, aku seolah-olah melupakan semua yang telah terjadi tentang Andi, yang aku bayangkan adalah aku pasti lulus dalam interview tadi, belum lama berpikir begitu Hapeku berdering lagi,
Oh my God dari perusahaan yang tadi, kuangkat dengan hati-hati.
” Siang Ibu, berdasarkan hasil test tadi Ibu dinyatakan lulus. Dua minggu kedepan Ibu diminta untuk datang langsung ke perusahaan yang membutuhkan posisi ini untuk interview. Secercah harapan menentramkan jiwaku. Air mataku menetes terharu, keyakinaku semakin kuat ”Welcome to Jakarta!

Oh iya aku lupa menanyakan nama perusahaan yang dimaksud apa, aku coba redial nomor tadi tapi disconnected, sit! Pulsaku habis, gumamku lirih
Seperti dalam skenario cerita, hapeku tiba-tiba berbunyi, ada sms masuk dari M-Kios nomorku baru saja diisi pulsa senilai 100 ribu, ya Allah malaikat siapa lagi yang menghampiriku, sedetik kemuadian Pak Mumin sahabatku yang satu tim denganku saat bekerja mengirmkan sms

” Baru saja aku kirim pulsa ke hapemu semoga bermanfaat” Ya Allah, tau dari mana pulsaku habis? Lagi-lagi aku semakin sadar, disekelilingku masih banyak orang –orang yang mencintai aku dan terkesima dengan kebesaran Allah Swt. Sungguh dia Maha mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya.

Perjalanan pulang, Kupandangi kegelapan malam dari balik jendela pesawat, rasanya baru saja aku memainkan sebuah lakon hidup yang sangat melelahkan, aku teringat dengan semua kejadian yang telah aku lewati. Batinku berkata,
”selamat tinggal kegalauan, selamat tinggal ketakutan. Teringat aku dengan sebuah hadits yang berbunyi ”Allah berkata Aku selalu berada dalam prasangka ummatku”
Kita, adalah apa yang kita pikirkan” begitulah bunyi sebuah teori motivasi, selama ini aku terlalu lama bermimpi buruk, aku terlalu takut dengan hari esok dan Tuhan benar-benar tunjukkan ketakutanku. Subhanllah..

Akhir Januari 2008
Hari ini aku mulai mengisi hariku dengan penuh optimis, aku selalu berusaha memenuhi pikiranku dengan hal-hal positif, satu minggu kemudia aku ke Jakarta lagi, kali ini bukan untuk Andi tapi untuk menjemput impianku, bekerja disebuah perusahaan yang ternama. Akhirnya impianku benar-benar datang, aku resmi diterima disebuah perusahaan yang memiliki puluhan anak perusahaan besar. Aku berhasil mendapatkannya, aku berhasil menaklukkan Jakarta ucapku bangga!
Aku bersyukur Tuhan memberiku ujian seperti ini, dengan begini aku bisa melewati metamorfosis hidup, hingga esok akan mengantarkanku pada sosok yang kuat, indah dan mempesona bak seekor kupu-kupu yang melewati fase hidupnya yang panjang berliku, dari ulat menjadi kepompong hingga bermetamorfosis berubah menjadi seekor kupu-kupu yang cantik dan disenangi semua orang.

Ku kabari sahabat-sahabatku yang telah mendukung aku selama ini, tak lupa ku kabari ke kedua orang tuaku yang telah mendoakan aku dengan keikhlasan hatinya, Sungguh Allah Maha besar..
Kukubur dalam-dalam semua kenanganku tentang Andi, Kemarin hanyalah sejarah, Hari esok masih mistery, dan hari ini adalah Karunia.. lakukanlah hal yang terbaik hari ini tanpa mengingat masa lalu dan takut akan hari esok, solah-olah engkau baru dilahirkan hari ini dan tidak akan melihat hari esok lagi. Hari ini adalah Karunia kenapa tidak aku nikmati karunia yang telah diberikan sang Khalik padaku?

Buat seluruh sahabta-sahabat ku dipenjuru dunia..
kalau kita ingin jadi kupu-kupu yang cantik, sanggupkah kita menjalani metamorfosis kehidupan?? Untuk menjadi kupu-kupu yang cantik penuh pesona, sanggupkah kita menjalani ketertatihan sebagai ulat yang buruk rupa kemudian jadi kepompong? Di saat tak ada yang menghargai, mendukung atau menolong kita, tapi kita harus tetap melangkah dan terus melangkah karena kita yakin tujuan akhir perjalanan ini.
mari kita berubah menjadi diri yang baru, diri yang penuh pesona keindahan.

Stu lagi, sahabat sejati adalah ketika kita senang dan bahagi dia hanya diam dan tersenyum menyaksikan kebahagiaan kita, tapi ketika kita susah dia akan datang menghampiri dan berkata ” Just be relax friend I’m here with you”.Selamat menemukan sahabat sejati"

Jakarta
Juli 2008 Pukul 23.10 Wib